9Trendingtopic - Pertanyaan ini bukan dalam rangka menggugat. Namun dalam rangka mencari hikmah dan peajaran, dari keberadaan surat al-Fatihah yang Allah tempatkan di awal surat.
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,Pertama, kami ingatkan bahwa urutan surat dalam al-Quran, sifatnya tauqifiyah, artinya datang dari wahyu. Bukan hasil ijtihad. Ini merupakan pendapat mayoritas ulama dan insyaaAllah pendapat yang benar.
Al-Alusi dalam tafsirnya menyatakan,
وأما ترتيب السور ففي كونه إجتهاديا أو توقيفيا خلاف والجمهور على الثاني
Mengenai urutan surat, ada perbedaan pendapat, apakah itu hasil ijtihad ataukah tauqifiyah (berdasarkan dalil). Mayoritas ulama memilih pendapat kedua. (Ruh al-Ma’ani, 1/26)
Diantara ulama yang menegaskan bahwa urutan surat dalam al-Quran itu berdasarkan dalil adalah Abu Ja’far an-Nuhas. Beliau menyatakan,
إن ترتيب السور على هذا الترتيب من رسول الله صلى الله عليه وسلم
Sesungguhnya urutan surat seperti yang ada di mushaf sekarang adalah dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (an-Nasikh wal Mansukh fil Quran, hlm. 158).
Karena itu, setiap muslim hendaknya mengedepankan sikap pasrah, menerima dan tidak menggugat keberadaan al-Quran dan semua keadaannya. Termasuk urutan surat dalam al-Quran.
Kita akan simak keterangan Abu Ja’far Al-Gharnathi (ulama Andalus, w. 708 H) ketika beliau menjelaskan keterkaitan surat-surat dalam al-Quran. Beliau menyebutkan beberapa alasan, mengapa al-Quran diawali dengan surat al-Fatihah,
تضمنها مجملا لما تفصل في الكتاب العزيز بجملته وهو أوضح وجه في تقدمها سوره الكريمة.
Al-Fatihah mengandung makna global yang akan dirinci dalam al-Quran secara keseluruhan. Dan ini merupakan alasan terbesar, mengapa surat al-Fatihah berada di urutan pertama dalam al-Quran.
ثم هي مما يلزم المسلمين حفظه، ولابد للمصلين من قرائتها
Kemudian, surat ini wajib dihafal seluruh kaum muslimin, karena orang yang shalat harus membacanya.
ثم افتتاحها بحمد الله سبحانه. وقد شرع في ابتداءات الأمور
Kemudian surat ini diawali dengan kalimat Alhamdulillah, yang kalimat ini disyariatkan untuk dibaca setiap mengawali segala aktivitas.
وفيها تعقيب الحمد لله سبحانه بذكر صفاته الحسنى والإشارة إلى إرسال الرسل في قوله، “اهدنا”
Setelah hamdalah, dilanjutkan dengan menyebutkan asmaul husna (ar-Rahman ar-Rahim) dan isyarat tentang diutusnya para rasul. Yaitu pada firman Allah, ‘Ihdinas shirathal mustaqim’
وذكر افتراق الخلق بذكر المهتدين، وذكر المغضوب عليهم ولا الضالين، وإن ملاك الهدى بيده
Lalu disebutkan tentang macam-macam makhluk, mulai dari al-Muhtadin (orang yang mendapat petunjuk), al-Maghdhubi ‘alaihim (orang yang dimurkai), dan ad-Dhaallin (orang yang sesat). Dan bahwa kuasa memberi hidayah ada di tangan Allah. (al-Burhan fi Tanasubi Suwar al-Quran, hlm. 187 – 189).
Semoga keterangan beliau semakin menambah keyakinan kita akan kesempurnaan al-Quran.
Allahu a’lamSumber : konsultasisyariah.com