|
Sumber Ilustrasi Gambar : google |
Waktu pagi, bagi banyak orang, adalah waktu yang asyik untuk bermalas-malasan. Suhu yang dingin dan udara yang segar justru dinikmati untuk tidur. Bahkan mereka yang telah bangun shalat Shubuh pun tidak sedikit yang tidur lagi.
Apalagi jika di bulan Ramadhan. Banyak yang memanfaatkan momen setelah Shubuh untuk tidur kembali setelah sahur dan shalat Shubuh. Banyak yang beralasan bahwa, tidur setelah Shubuh tersebut dilakukan untuk memulihkan tenaga, dan menyeimbangkan jatah tidur yang berkurang karena kegiatan tarawih dan sahur, serta kegiatan ibadah lainnya selama Ramadhan.
Tidur pagi setelah shalat Shubuh memang mengasyikkan, tetapi ternyata kebiasaan itu merugikan kita.
Apa saja kerugian jika kita kembali tidur pagi setelah Shalat Subuh? Berikut penjelasannya....
Menyelisihi sunnah Rasul
Kebiasaan yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah bangun pagi dan langsung beraktifitas tanpa tidur lagi. Setelah Subuh, Rasulullah biasa berdzikir hingga tiba waktu syuruq. Bagi umatnya, dianjurkan pula seperti itu, atau kalau ada keperluan mencari maisyah, waktu yang tersedia bisa dimanfaatkan untuk melakukan persiapan.
Tidak mendapatkan barakah waktu pagi
Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah mendoakan keberkahan bagi umatnya yang bangun di waktu pagi. Sebaliknya, doa itu mengisyaratkan bagi mereka yang tidur lagi setelah Subuh, mereka akan kehilangan keberkahan yang disebutkan dalam doa Nabi.
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ...
اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا
“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.” (HR. Abu Daud)
Keberkahan dalam ayat ini memiliki makna yang luas. Secara umum maknanya adalah bertambahnya kebaikan. Bentuknya bisa macam-macam, misalnya bisnisnya berhasil sehingga bisa banyak berinfak atau karirnya meningkat sehingga mudah bersedekah.
Shakhr Al Ghamidi radhiyallahu ‘anhu, sahabat yang meriwayatkan hadits ini, adalah orang yang telah membuktikan doa Rasulullah tersebut. Sebagai pedagang, Shakr biasa pergi untuk berdagang mulai pagi-pagi dan akhirnya sukses menjadi saudagar kaya.
Malas dan dapat menghilangkan semangat
Mengisi waktu pagi –setelah Subuh- dengan ibadah atau dzikir menjadikan waktu berikutnya lebih segar dan bersemangat. Baik secara medis ataupun secara ruhiyah. Sebaliknya, tidur pagi setelah Subuh membuat seseorang tidak semangat di waktu berikutnya :
وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ
“Lakukanlah ibadah (secara kontinu) di waktu pagi” (HR. Al Bukhari)
Sebagian ulama menjelaskan bahwa ghadwah dalam hadits ini artinya adalah waktu antara Shubuh dan matahari terbit.
Ulama sekaliber Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa ketika dirinya berdzikir setelah Subuh, siangnya beliau semangat. Kekuatannya bertambah. Tetapi ketika tidak berdzikir di waktu pagi setelah Subuh, siangnya seperti kehilangan semangat.
Lemah dan mudah sakit
Tidur di waktu pagi juga bisa mengakibatkan kondisi fisik melemah dan mudah sakit. Terutama sakit kepala. Menurut sebuah hasil studi, tidur pagi menyebabkan serebrospinal bergerak ke otak. Inilah yang menimbulkan sakit kepala.
Jauh sebelum adanya studi ini, Ibnu Qayyim Al Jauziyah telah memberikan nasehatnya. “Tidur pagi juga Menyebabkan berbagai penyakit badan, di antaranya adalah melemahkan syahwat,” tulisnya dalam Zaadul Ma’ad.
Dapat Menyebabkan Lemah syahwat
Seperti tercantum dalam Zaadul Ma’ad tersebut, tidur pagi setelah Subuh juga bisa mengakibatkan lemah syahwat.
Terhalang dari rezeki
Jika keberkahan bisa bermakna luas berupa hilangnya kebaikan –kalaupun tetap berlimpah- rezeki, tidur pagi juga secara khusus bisa menghalangi rezeki.
Ibnu Qayyim Al Jauziyah –masih dalam Zaadul Ma’ad- mengatakan: “Empat hal yang menghalangi datangnya rezeki adalah tidur di waktu pagi, sedikit shalat, malas-malasan dan berkhianat.”
Wallahu a’lam bish shawab....
Sumber : bersamadakwah.net